Entah kenapa
beberapa hari ini saya terus menerus kepikiran rafa. Tambah hari tambah sayang
dan tidak mau jauh-jauh dari dia. Dan anehnya sempat terlintas dalam fikiran,
bagaimana jika Allah saat itu juga memanggilku lalu bagaimana dengan Rafa? Ia
masih kecil, masih butuh saya. Namun buru-buru ku mengucap astagfirulloh....
Akhir minggu saat
itu seharusnya jadwal Rafa imunisasi, tapi Rafa batuk pilek dan agak rewel.
Jadi niat untuk ke dokter ditunda, saya full di rumah coba menenangi rafa yang
nangis terus seharian, dan karena takut batuk Pileknya berkepanjangan rafa
terus menerus saya susui. Sabtu sore itu saya harus menemani suami kondangan ke
pasar minggu, dan sore itu juga orang rumah menelepon. Saat itu mamah bertanya
rafa sedang apa, saya bilang sedang tidur.
Esoknya karena
kaka ipar sedang syukuran rumah, saya kembali full di rumah. Hari itu papa
telpon tanya kabar Rafa. Cuma kebetulan waktu itu Rafa juga sedang tidur, papa
pun Cuma berkata ”oh ya sudah kalau sedang tidur, tadinya pengen denger
suaranya”, saya juga bercerita tentang acara selametan kaka ipar, papa sempet
bertanya ”trus kapan neng mau bangun rumahnya?” saya bilang ”napas dulu pa, kan
pondasi nya baru selesai, hehehe...” , ”ya udah pelan-pelan aja. Ya udah ya”
klik... suara telepon diputus.
Dan kira-kira
begitu percakapan terakhir aku dengan papa.
Minggu ini tanggal 17 mei 2012 ada libur kenaikan yesus, itu
berarti long weekend. Papa berencana mengajak kami berlibur ke Subang. Papa ingin jalan-jalan ke kebun teh,
sekalian mancing di empang, katanya. Namun kebetulan pada tanggal itu bersamaan juga dengan acara syukuran anak
sepupuku Harits. Papa sempat bertanya, bagaimana dengan rencana ke Subang.
“kayanya ditunda aja pa, gak enak ama aris kalau ga dateng ke acara itu. Nanti aja ya pa sekalian lebaran ke
subangnya, kaya tahun kemarin”. “iya udah ga apa apa, tapi neng nya pulang kan? Jangan sabtu ya pulangnya.
Kamis aja biar liburnya lama. Papanya pengen liat rafa”. “iya pa, tapi nugi
jumat paginya kerja jadi pulang dulu, nanti sabtunya jemput lagi ke serang”.
Kira-kira
begitulah rencana papa dengan ku ditelpon sebelumnya.
Senin 14 Mei 2012
Hari ini masa
sidang dimulai. Kantor kembali ramai dan sibuk sekali. Tapi pikiranku engga
pernah lepas dari rafa.
Sesekali orang rumah telepon, seperti biasa mamah bertanya saya sedang apa. Tapi
hari itu papa engga telepon menanyakan kabar.
Dan hari ini
pulang malam tapi tidak ada firasat apa-apa.
Selasa 15 Mei
2012
Pagi-pagi mama
telepon ”neng, kayanya si papa dibawa ke rumah sakit aja, napas nya sesek”.
”trus rieke perlu pulang engga mah?”. ”ga usah, nanti aja kamis sekalian libur
panjang. Nanti kalau ada apa-apa mamah kabari”.
Siang ini pikiranku
tidak lepas dari papa. Tumben sekali, pikirku. Aku smsan dengan adik, jawabanya
masih tidak perlu saya pulang hari ini.
Tapi hari ini aku
pulang cepat, pikiran ini ga lepas dari rafa dan rafa. kangen sekali dengan dia,
pengen peluk lamaaaaaa.
Sore itu dalam
asharku aku berdoa, tiba-tiba teringat papa. Seperti ada perasaan yang ditahan
dan ingin saya keluarkan. Hanya satu dalam doaku, ”Ya Allah sembuhkanlah
Papaku, sehatkanlah kedua orangtuaku. Biarkan mereka melihat cucunya tumbuh
besar. aamiin”
Menjelang magrib,
mama telepon. ”Neng pulang sekarang!” klik! Telepon mati. Firasat ku kembali
muncul, kali ini perasaannya semakin kuat. Segera saya menelpon Nugi Suamiku.
Sambil menunggu suami, tak henti bibir ini terus berdoa untuk kesembuhan papa.
Dalam magribku
kembali aku bersimpuh. Kali ini aku berdoa ”Berikan yang terbaik untuk papa Ya
Allah. Angkatkanlah penyakitnya. Ijinkan papa melihat rafa besar, ijinkan saya
membahagiakannya. Aamiin”
Selepas magrib
kami berangkat. Belum sampai seperempat perjalanan kami, kira-kira pukul 06.45
PM Adik saya telepon ”Teh, papa udah ga ada” suara teriak tangis diujung sana
menghentikan mobil kami. Spontan Hp tergeletak begitu saja, tak kuasa aku menahan
tangis dan memanggil-manggil papa.
Ya Allah inikah
jawabanMu. Yang terbaik buat papa...
Jalan menuju
Serang terasa lama. Demi Allah aku tak kuasa menahan semua ini. Tiba-tiba semua
kenangan bersama papa seolah-olah baru kemarin terjadi. Semua obrolan di
telepon dan rencana-rencana kami seolah seperti mimpi. Tapi papa sudah tidak
ada, ini adalah nyata.....
Sesampainya di
rumah. Diujung sana memang benar itu papa. Ini bukan mimpi....
Yang tertutup
kain putih itu papa...
Aku peluk aku
cium aku memohon maaf padamu pa...
Aku tak sempat
bertemu untuk terakhir kalinya..
Engkau Maha
Penyayang Ya Allah. Engkau Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi umat Mu.
Rabu, 16 Mei 2012
Hari ini adalah
tepat hari ulang tahun kedua pernikahanku.
Ya... tepat 2
tahun silam, masih ingat dalam ingatanku papa duduk dihadapanku, mengantarkan
ku ke pelaminan, menyerahkanku pada seseorang yang dianggapnya tepat untuk
mendampingiku.
Ya... tepat 2
tahun silam, masih ingat pula dalam ingatanku papa berkata ”Saya nikahkan
engkau dengan putriku.....”.
Ya... tepat 2
tahun silam, aku bersimpuh dan bersujud dihadapan papa memohon doa dan restunya.
Terlihat tangis sedih
sekaligus bahagia di raut mukanya.
Dan kini.....
tepat di hari yang sama aku harus mengantarkan papa ke tempat terakhirnya. Persis
di samping kakek, sesuai dengan permintaannya saat kita semua ziarah ke makam
mbah Oyot saat lebaran silam. Kala itu papa pernah meminta jika ia meninggal
ingin ditempatkan disamping ayahnya.
Semuanya
benar-benar seperti baru kemarin terjadi...
Belum genap rafa
berumur 5 bulan, engkau sudah meninggal kami pa.
Doamu dikabulkan
oleh Allah saat dokter mengatakan ginjalmu sudah kronis dan harus dioperasi,
engkau berkata ”ijinkan aku untuk melihat cucuku terlebih dahulu Ya Allah”. Dan
memang Allah Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Walau aku tidak
melihatnya untuk terakhir kalinya. Namun Alhamdulillah, cerita orang-orang yang
melihatmu begitu terdengar bahagia. Engkau begitu ikhlas meninggalkan kami,
sampai akhir pun engkau masih bisa mengingat Allah tanpa harus dituntun. Aku
pun begitu bahagia mendengarnya pa, dengan begitu engkau juga mengikhlaskan
kami semua untuk ikhlas melepasmu.
Di ramadhan tahun
ini, memang terasa bedanya. Tahun ini rafa melengkapi kami saat berpuasa, namun
ketidakhadiran papa pada ramadhan ini membuat ada sesuatu yang kurang.
Semuanya Ada yang
datang dan pergi. karena kita semua pada akhirnya berada dalam antrian-Nya
Selamat jalan Papa....
Selamat jalan
Abah....
Semoga papa
tenang di sana
Terimalah amal
ibadahnya Ya Allah
Aamiin ...
Miss you more than words can ever say, Pa.
Kami yang merindukanmu selalu :-)