Masih cerita kerumah nenek. Teman ku Oke emang doyan makan, padahal kita semua baru saja makan berat kira-kira dua jam yang lalu. Tapi katanya perut dia sudah keroncongan lagi.
Huh…dasarnya perut karet
Untung sebelum kerumah nenek, aku tadi mampir dulu ke Alfa Mart untuk beli oleh-oleh, didalamnya ada mie instant.
“Eh, masak mie yuk? Kayaknya enak deh makan mie dingin-dingin begini” ajak Oke pada kita.
“Ah lu mah ngga dingin aja enak makan apalagi dingin-dingin begini. Dasar..” seru Hardi.
“Nggak tahu nih, perut gue laper lagi”
“Maka nya jangan pelihara cacing!”
Walaupun ngomel, tapi tetap saja kita semua pergi ke dapur juga.
Di rumah nenek tidak ada kompor gas, jangankan kompor gas, kompor minyak saja tidak ada. Mereka lebih senang dengan tungku, orang disini menganggap tungku lebih murah, praktis, hemat BBM dan tentunya lebih mengenal dengan istilah “Asalkan dapur tetap mengepul” ya iyalah karena masak apa saja pasti keluar asap. bukan hanya asap, efeknya juga memberikan kesan pada langit-langit dapur, hitam kelam.
Dari kami berlima, sudah kewajiban para laki-laki untuk membuat api.
Tapi emang dasar gagap teknologi lama (GAPTEKMA), hamper satu setengah jam api nggak nyala-nyala juga. padahal udah segala cara, sampai-sampai muka si Bawuk jadi tambah bawuk kena asap tungku.
Nenek ku sudah menawarkan jasanya untuk membuatkan api, tapi dasar lagi-lagi sok tau dan sok pinter, bantuan nenek kita tolak.
“Wios mak, ulah-ulah. Emak istirahat wae, abdi ge tiasa”
Setelah hampir dua jam akhirnya api itu nyala juga. Padahal Cuma satu orang yang mau masak mie, tapi yang repot sampai lima orang.
Sebenarnya bukan repot, bahasa halusnya mungkin lebih pada gagap teknologi lama. Tungku kan termasuk teknologi juga, Cuma karena teknologi itu sudah ada penggantinya jadi kita semua melupakannya.
Maka nya kalau sudah ada yang baru, jangan lupakan yang lama.
Karena kita hidup juga kan tidak terlepas oleh jaman sebelumnya. betul?
No comments:
Post a Comment