Friday, August 03, 2007

Tetap Mesra Meski Sudah Ada Anak

Kualitas relasi dan kemesraan suami istri itu dapat turun naik. Apalagi jika harus pula membagi perhatian pada anak. Bagaimana tetap menjaga kemesraan tanpa mengurangi perhatian pada anak?

Bukan saja sebagai anugerah, anak juga diharapkan dapat menjadi penerus keluarga dan mempererat ikatan suami istri. Namun, bila salah satu pasangan kurang peka, kehadiran anak bisa menganggu bahkan mengancam hubungan suami istri. Karena beranggapan anaklah saat ini yang berada di atas kepentingan suami istri. Lama-kelamaan bisa membuat longgar hubungan karena salah satu pasangan (terutama istri) terlalu asyik dan fokus pada momongan baru sehingga dia tidak memiliki waktu lagi buat suami. Perhatian yang tidak seimbang ini tak dipungkiri dapat menimbulkan rasa tak diperhatikan lagi. Ini dapat menjadi potensi konflik dalam rumah tangga.

Ketika sebuah pasangan memiliki momongan untuk pertama kalinya, maka keduanya memiliki peran yang baru yakni sebagai seorang ayah dan ibu. Perubahan peran masing-masing ini untuk sebagian besar pasangan disikapi sebagai suatu pembelajaran sebagai orangtua, namun tidak demikian bagi sebagian pasangan yang beranggapan bahwa anak dapat mengancam keharmonisan. Jika memang hal ini demikian terjadi, kemungkinan istri terlalu letih mengurus bayi.

Kemungkinan terjadi situasi demikian dapat dipengaruhi oleh kepribadian dari pasangan. Misalnya suami yang terbiasa diladeni atau ditunggui ketika sedang sarapan. Dengan bertambahnya kesibukan istri mengurus anak, kemungkinan bisa saja hal itu tak bisa dilakukan lagi atau dilakukan istri jika ia tak sibuk. Dari hal kecil seperti ini dapat menjadi pencetus pertengkaran. ’Ketidak siapan istri berganti peran bisa membuat istri tertekan karena bertambahnya beban. Akibatnya istri menjadi sering marah-marah, merasa lelah fisik dan mental yang pada akhirnya akan mengganggu relasi suami istri.

Memiliki anak memang membutuhkan kesiapan mental yang tinggi dari suami istri. Mereka seharusnya menyadari bahwa dengan datangnya anggota baru tentu perhatian tidak lagi fokus pada pasangan tetapi sebagian perhatian dialihkan ke anak. Di sini perlu adanya pengertian dan keterbukaan dalam komunikasi. Hal-hal yang membuat salah satu pasangan tertekan sebaiknya dikomunikasikan (sharing). Agar hubungan suami istri tetap terjaga, misalnya ketika istri mengeluh capek mengurus bayi, sebaiknya suami tak meremehkan dan melakukan judgement bahwa memang demikian adanya. Suami sebaiknya berusaha empati dan memahami perasaan istri. Dengan demikian, istri merasa memiliki teman berbagi rasa. Istri juga tidak merasa “kamu enak di kantor sedangkan saya capek di rumah” Di sisi lain ketika suami pulang kantor, istri berusaha sejenak menemani ngobrol sambil bercerita mengenai kegiatannya dari pagi hingga sore. Bisa juga memberi kesempatan pada suami untuk mengeluarkan uneg-uneg selama di kantor.

Membagi Pola Asuh
Pasangan yang sama-sama bekerja tentu memiliki masalah tersendiri. Sebagian energi mereka sudah terkuras dari pagi hingga sore di pekerjaannya masing-masing. Sebagian pasangan merasa sudah tidak memiliki waktu lagi untuk bercanda dengan anak karena tiba di rumah sudah menjelang malam. Bagi seorang istri kedekatannya pada anak mungkin diberikan pada saat ia pulang kantor, dengan begitu perhatiannya pada suami menjadi terbengkalai. Begitu juga dengan suami, terkadang sebagian dari suami berpikiran bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri sehingga ia tidak berpikir bagaimana mengurus anak.

Namun, dari sebagian pasangan yang sama-sama bekerja ada pula yang sudah tidak memiliki kesempatan untuk ngobrol dengan pasangan. Yang ada di benak mereka adalah keinginan untuk cepat dapat istirahat. Bila situasi ini tidak dicermati tentu akan menurunkan kualitas hubungan, bukan hanya kualitas hubungan suami istri tetapi akan berdampak kepada anak.

Pasangan perlu pandai mencermati situasi dan waktu yang ada terutama ketika anak sedang tidur atau sedang tidak rewel. Pada saat demikian pasangan dapat melakukan komunikasi dan menjaga kemesraan bersama. Jangan pernah merasa bahwa anak adalah beban. Kalau mengurus anak dapat dinikmati maka masalah-masalah yang mungkin terjadi sehubungan dengan mengurus anak tidak akan sampai menjadi sumber pertikaian antara suami istri. Hal yang perlu disadari dan disepakati bersama adalah bagaimana pola asuh dan pengaturan waktu untuk semua kegiatan keluarga setelah kehadiran si kecil. Dengan demikian kedua orang tua akan sadar konsekuensi dari perubahan kondisi keluarga mereka dengan kehadirannya. Apalagi bila keduanya sama-sama bekerja.

Pasangan harus mampu mengatur waktu dan juga pembagian kerja dengan pasangan tentang kapan dan tugas apa saja dalam pengasuhan anak. Selain itu diperlukan pula kemampuan mendelegasikan tugas pengasuhan itu sendiri pada pihak yang dapat diandalkan dan dipercaya, misalnya orangtua, mertua, atau pengasuh. Bila cermat dan bertanggung jawab, maka orangtua tidak perlu timbul rasa bersalah. Keterampilan pembagian tugas dan pendelegasian itu sebenarnya juga penting agar pasangan tidak menjadi stres. Kalau mereka stres tentu pengasuhannya juga tidak optimal. Aktivitas yang dikerjakan dan dijalani bersama justru harus menjadi aktivitas yang menyenangkan, tanggung jawab bersama dan bukan sebuah beban.

Buat Strategi

Meninggalkan anak sebentar bukanlah suatu dosa. Oleh karena itu di sela-sela kesibukan ada baiknya meluangkan waktu sejenak untuk pergi bersama. Diskusikan dengan pasangan apa yang akan dilakukan berdua. Makan di luar, belanja bulanan atau nonton bisa menjadi pilihan dan bertujuan untuk refreshing. Dalam kehidupan rumah tangga pasangan suami istri terkadang memerlukan penyegaran hubungan. Ada beberapa cara yang ditempuh pasangan, antara lain dengan meluangkan waktu khusus untuk berduaan pergi keluar rumah agar merasa berpacaran lagi. Namun ketika keluar rumah, kita juga perlu memastikan anak diasuh oleh orang yang dipercaya. Sehingga ketika kita berada di luar pun juga merasa nyaman.

Istri jangan terlalu asik “bermain” dengan anak tetapi juga berusaha untuk melibatkan suami dalam aktivitasnya terutama ketika hari libur. Selain itu, istri juga dapat meminta suami untuk membantu menangani anak seperti menyuapi, mengganti baju, memandikan dan lain sebagainya. Dari keterlibatan ini akan tercipta kerja sama yang baik dan di sisi lain pasangan tidak merasa tersisih.

Namun komunikasi suami-isteri memang harus jujur dan terbuka, sehingga apa yang diinginkan oleh masing-masing pasangan dapat disampaikan dan tidak dipendam saja. Kemudian kegiatan mengasuh bayi dinikmati dan menjadi kegiatan berdua, serta perlu juga diatur waktu-waktu khusus untuk diri sendiri dan bersama pasangan. Si kecil juga dapat diajak komunikasi kok. Bisikkan atau katakan padanya bahwa orangtuanya juga perlu waktu untuk dapat men-charge energi dengan kegiatan-kegiatan refreshing supaya dapat memberikan yang terbaik dari diri mereka untuk dia juga.

Tips pasangan awet mesra
1.Buat pola mengasuh anak dengan baik. Jika memang harus mengasuh tanpa ada
babysiter, maka kalian perlu membuat pola mengasuh seperti apa yang akan digunakan,
agar waktu untuk bersama pun tidak terbengkalai.
2.Kalau hanya menjadi penonton, tentu perasaan bosan dan jenuh akan cepat muncul.
Untuk menghindarinya maka suami perlu diajak untuk terlibat dalam bermain dan
mengasuh si kecil.
3.Isteri jangan terlalu berharap banyak bahwa suami akan dapat membantu banyak Yang
penting adalah keterlibatannya secara emosional dulu . Dengan begitu si ayah juga
akan menikmati dan tidak merasa terbebani dan menikmati kegiatannya bersama si
kecil.
4.Cobalah untuk pergi ke tempat-tempat Anda pacaran dulu, misalnya bioskop, kafe dan
lain-lain. Gairah harus terus dijaga karenanya sesekali ciptakan suasana seperti
ketika pacaran dulu.
5.Jika sama-sama bekerja, cobalah untuk pulang bersama dari kantor. Jadi komunikasi
tetap berjalan di sepanjang perjalanan pulang.
6.Bersikap terbuka. Jika Anda memiliki uneg-uneg, jangan dipendam sendiri, karena
akibatnya malah tak mengenakkan bagi Anda maupun pasangan. Utarakan saja apa yang
membuat Anda tidak tenang.
7.Tetap tampil menarik. Memang, penampilan sebelum dan sesudah menikah pasti berbeda.
Apalagi bila sudah punya anak. Biasanya, bentuk badan berubah, menjadi gemuk
misalnya. Namun, bukan berarti Anda tak bisa tampil menarik di depan suami. Meski
bentuk tubuh berubah, Anda tetap bisa, kok berdandan cantik. Berpakaian rapi
misalnya. Hal-hal seperti inilah yang kadangkala membuat suami tak betah tinggal di
rumah dan mencari wanita idaman lain.
8.Beri kejutan. Tidak ada salahnya, sekali-kali Anda memberikan kejutan pada
pasangan. Kejutan ini dapat menjadi tanda besar bahwa Anda masih memperhatikan
pasangan. Tak perlu yang berharga mahal, agenda kerja bertuliskan kata-kata cinta
atau cokelat berbentuk hati pun cukup unik dan membuat kenangan tersendiri bagi
pasangan.
9.Buatlah beberapa hal yang akan dilakukan pasangan bersama. Hal ini untuk membantu
membangun relasi dan kemesraan kembali.
10.Bulan madu kedua. Ambillah cuti dua-tiga hari dan pergilah ke tempat-tempat
romantis, berdua saja, tanpa kehadiran anak-anak. Dalam suasana ini, Anda akan
merasakan kembali cinta pertama seperti saat belum ada anak-anak.

No comments: