Thursday, September 13, 2007

Ketika Anak Tak Kunjung Hadir

Sebagian besar pasangan menikah pasti mendambakan untuk memiliki anak. Banyak yang berhasil mewujudkan keinginan tersebut, namun ada juga sebagian pasangan yang tidak dapat mewujudkannya.

Anak merupakan pelengkap kebahagiaan bagi pasangan menikah. Saat berkumpul dalam acara keluarga, hal utama yang menjadi pertanyaan pastilah “kapan rencana punya momongan?” ”Sudah ‘isi’ belum?” dan lain-lain. Mungkin hal itu tidak menjadi persoalan bagi pasangan yang baru saja menikah, namun pertanyaan-pertanyaan sensitif tersebut bisa menjadi persoalan yang besar bagi mereka yang sudah lama menikah. Bahkan bagi yang mudah tersinggung, hal itu bisa menimbulkan amarah.

Pernikahan adalah pengukuhan hubungan dua individu, laki-laki dan perempuan dalam sebuah lembaga perkawinan yang sah. Salah satu tujuan umumnya adalah mendapatkan keturunan sebagai penerus generasi. Hampir sebagian besar pasangan menginginkan buah hati. Buah hati di sini bukan saja sebagai penerus generasi dan perekat perkawinan tetapi juga sebagai langkah selanjutnya bagi pria dan wanita dalam mengisi tugas perkembangannya sebagai ayah dan ibu. Dengan berubahnya peran, individu akan mulai belajar bagaimana harus berperilaku.

Meski sebagian tujuan pernikahan adalah segera memiliki momongan, namun tidak sedikit pasangan yang sengaja menundanya. Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa pasangan menikah menunda untuk memiliki momongan. Pertama, ketidaksiapan secara materi. Dalam hal ini, pasangan memiliki ketakutan bahwa pendapatan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan si buah hati. Kedua, ketidaksiapan secara psikologis. Alasan ini muncul karena adanya ketakutan tidak bisa menjadi ayah atau ibu yang baik. Ketiga, pasangan mendahulukan kepentingan lain. Misalnya, melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan masih banyak alasan lainnya seperti salah satu pasangan sedang melakukan terapi pengobatan atau lainnya.
Sementara alasan sebuah pasangan menunda kehadiran buah hati seringkali didasarkan pada motivasi pada saat awal menikah. Misalnya, pasangan yang menikah karena ingin mempunyai keturunan, sehingga sang istri menjadi “mesin produksi anak”.

Namun ada juga pasangan yang menikah lebih karena ingin mempunyai teman. Selain itu, ada juga pasangan yang menunda kehadiran buah hati karena ingin mengenal lebih dalam pribadi pasangannya. Biasanya mereka menikah karena dijodohkan. Bahkan, untuk alasan yang terakhir, ada pasangan yang bersama lebih dari 10 tahun namun tidak pernah berhubungan. Pasangan tersebut tetap mempertahankan perkawinan, setia, dan akhirnya hubungan mereka menjadi seperti kakak beradik.

Penantian akan lahirnya buah hati bisa menjadi masalah di dalam rumah tangga. Terutama bila keduanya tidak bisa menerima keadaan dan salah satu pihak menimpakan kesalahan pada pasangannya. Biasanya dalam hal ini istri yang menjadi korban, padahal suatu pasangan tidak dikarunia anak bukan melulu dikarenakan masalah infertilitas tetapi juga masalah psikologi.

Ada yang depresi namun banyak juga dari mereka yang tidak juga dikarunia anak menerimanya dengan pasrah dan berpikir positif. Namun hal itu kembali lagi pada konsep pernikahan mereka, ada yang ingin cepat dapat momongan tetapi ada juga yang ingin menunda dengan berbagai alasan.

Timbul Masalah

Bila pasangan menikah setelah bertahun-tahun tidak dikaruniai anak, meskipun orang sekitar tidak berucap tapi secara tidak langsung sering mempertanyakan apa yang terjadi hingga pasangan itu tidak dikaruniai anak. Bahkan tak jarang hal itu menjadi perguncingan, seperti bagaimana masa tuanya bila tidak ada anak sampai urusan adopsi.

Jika diawal menikah konsep yang dipegang adalah memiliki momongan maka ketidakhadiran si buah hati ditengah-tengah keluarga tentu menjadi permasalahan yang besar. Belum lagi lingkungan sekitar yang mencap Anda atau pasangan Anda dengan ungkapan ‘mandul‘, tentunya hal itu sangat tidak nyaman. Dalam banyak kasus memang istri merasa lebih tertekan ketika setelah beberapa tahun mereka belum diberi keturunan karena dalam lingkungan atau masyarakat terbiasa mempersepsikan bahwa kesalahan ada dipihak istri. Bahkan ketika diketahui istri mempunyai masalah fertilitas, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak suami yang menginginkan untuk berpoligami atau bahkan ada juga istri yang merelakan suaminya untuk berpoligami. Tapi hal itu sangat kecil kemungkinannnya, karena pada dasarnya tidak ada seorang istri pun yang rela suaminya menikah lagi atau pun diduakan.

Ketidakhadiran buah hati ini bisa menimbulkan masalah ketika keduanya atau masing-masing pasangan tidak membuka pikiran untuk menerima keadaan dan mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar. Ada yang tidak peduli namun ada juga sebagian pasangan lainnya yang terganggu dengan ketidadaan anak ini. Biasanya hal tersebut dikarenakan tidak adanya komunikasi dua arah di antara mereka.

Butuh Kedewasaan

Tidak semua pasangan mempermasalahkan belum adanya si buah hati ditengah-tengah mereka, meskipun bila dipersentasikan golongan seperti ini sangatlah kecil. Namun bagi pasangan yang belum memperoleh keturunan, dibutuhkan kedewasaan yang amat besar dari masing-masing pasangan, karena ketidakmampuan memliki keturunan bukan semata-mata kesalahan pasangannya (misalnya istri), apapun kondisinya sebaiknya setiap pasangan harus saling mendukung dan mencari sulusinya. Duduk bersama dan memikirkan bagaimana yang terbaik untuk keluarga harus dibicarakan diantara keduanya tanpa ada orang ketiga (orangtua, mertua, kakak, atau lainnya).

Oleh karena itu sebelum menikah setiap pasangan harus benar-benar mengenal pasangannya, mulai dari sifat baik dan jeleknya, kebiasaan-kebiasaan positif dan buruknya, cara dia mengambil keputusan sampai pola keluarga dari masing-masing pasangan. Hal tersebut perlu diketahui agar suatu saat kita tidak mempunyai pikiran menyesal dan saat timbul masalah maka hal-hal positif darinya lah yang perlu kita lihat. Karena setiap pasangan menikah harus berpikir untuk saling melengkapi bukan hanya memikirkan masalah anak yang tidak hadir.

Mereka yang mempunyai kedewasaan berpikir akan melihat bahwa anak hanyalah titipan Tuhan dan bukan milik kita sepenuhnya. Setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing dan tidak ada yang sempurna. Oleh karenanya ketika dalam berumah tangga anak tidak juga hadir jangan pernah berpikiran negatif terhadap pasangan kita, tetap yakinkan dalam hati kalau ia adalah jodoh kita.

Mencari Solusi

Mereka yang mengharapkan buah hati hadir ditengah-tengah keluarga sebaiknya tidak saling menyalahkan dan menuduh siapa yang kurang sehat, namun yang perlu dilakukan adalah duduk bersama dan membicarakan solusi yang tepat, apakah mereka sependapat untuk mengadopsi anak, bayi tabung, atau sepakat untuk tidak sama sekali melakukan keduanya.

Namun sebelum mereka mengambil keputusan maka hal utama yang harus dilakukan adalah berpikir secara matang, jangan terburu-buru, sehingga salah satu dari mereka tidak sreg. Misalnya mengadopsi anak. Jangan sampai hanya diinginkan oleh satu dari mereka saja, karena bila hal itu terjadi maka yang kasihan adalah si anak itu sendiri yang tidak mendapat limpahan kasih sayang dan perawatan secara optimal.

Tidak jarang mereka yang mengadopsi anak membuat kondisi pasangan menjadi rileks. Kondisi santai dan bergembira adanya anggota baru dalam keluarga biasanya memberikan kondisi psikologis mereka juga menjadi lebih sehat. Namun mengadopsi anak adalah bukan satu-satunya pilihan bagi pasangan yang tidak mendapat keturunan. Semua itu tergantung pada keputusan.

Jika ketidakhadiran anak ini disebabkan oleh gangguan medis maka hal itu bisa disembuhkan dengan bantuan medis pula. Namun jangan mengadopsi anak bila hanya untuk memancing agar punya anak. Karena hal itu akan membuat si anak menjadi terlantar. Sebaiknya sebelum pasangan memutuskan untuk mengadopsi anak, tanyakan kembali pada diri masing-masing apakah betul dibutuhkan seseorang untuk hadir ditengah-tengah mereka? Karena banyak juga pasangan yang tidak menginginkan anak ditengah-tengah hubungan mereka, apalagi melihat biaya pendidikan yang mahal.

Jadi setiap keputusan untuk mengatasi masalah ini (ketidakhadiran anak, red) sebaiknya dipikirkan sangat matang. Ada pasangan yang berpikir kalau untuk membagikan kasih sayang tidak perlu kepada anak kandung saja tetapi juga kepada keponakan atau anak-anak dilingkungan sekitarnya.

Satu hal yang terpenting adalah belum adanya kehadiran buah hati sebaiknya tidak mengurang kadar kemesraan suami istri. Mereka bisa menjalankan aktifitas sehari-hari seperti biasanya dengan saling memberi motiavsi. Ekspresi kesedihan karena lama tidak mendapatkan anak, biasanya lebih terlihat pada istri. Suami, seharusnya mau mendengarkan setiap keluhan istri dan menghibur sang istri dalam mengisi hari-harinya agar tetap menyenangkan. Jangan menjadikan ketidakhadiran anak sebagai masalah besar dalam keluarga. Hal terpenting adalah bagaimana agar pasangan menjadikan kehidupan ini tetap bermakna tanpa mengurangi kadar sayang mereka masing-masing dan kasih sayang bisa diberikan kepada siapapun.

Tips bagi pasangan menikah:
1.Jangan terlalu cepat mengambil judgement terhadap salah satu pasangan yang kurang
sehat
2.Secara sadar, mereka berdua memeriksakan diri ke dokter guna penanganan yang lebih
baik
3.Saling mendukung bila memang salah satu ternyata dinyatakan kurang sehat.
4.Mencoba santai dan tidak terus menerus fokus pada masalah yang dialami agar tidak
membuang-buang energi.
5.Belajar untuk menjalin komunikasi yang tepat dengan pasangan, belajar mendengarkan
dan tidak egois.
6.Mengambil hikmah dan berpikir positif atas situasi yang dialami, serta mengingat
hal-hal yang positif pasangan kita serta tidak menggali hal-hal negatif pasangan
kita.
7.Tidak membandingkan pasangan kita dengan orang lain, tapi bandingkanlah pasangan
kita dengan dirinya sendiri.
8.Sering memuji pasangan dan belajar saling percaya serta tidak lupa untuk
mengucapkan terimakasih kepada pasangan kita.
9.Memvariasi hubungan, misalnya pergi ketempat-tempat Anda berpacaran dulu, agar
tetap romantis.
10.Jangan ada orang ketiga di dalam rumah tangga. Misalnya orangtua, keponakan atau
yang lainnya. Agar ketika terjadi konflik dengan pasangan, Anda berdua dapat
dengan cepat menyesuaikan diri. Bahkan sebaiknya pembantu pun tidak perlu ada.
Dengan membersihkan dan memasak berdua, Anda bisa membuat suasana romantis.

No comments: